Tarian “cakalele” (tarian perang)



Cakalele merupakan  tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan  perempuan. Para penari laki-laki mengenakan  pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan  penari menggenggam senjata pedang (parang)  di sisi kanan dan tameng (salawaku)  di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna  putih.
Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi  musik beduk (tifa), suling, dan  kerang besar (bia) yang ditiup.
Tari Cakalele  disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi  Maluku.
Keistimewaan
Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna merah pada kostum  penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian  dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang. (2) Pedang pada tangan  kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga  titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku)  dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan  protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada  masyarakat. 
 “Tarian ini sering digunakan masyarakat pada acara adat tertentu, termasuk menyambut kehadiran tamu-tamu asing dan pejabat daerah yang melakukan kunjungan resmi,”


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Seni Budaya Indonesia © 2011 | Template by Blogger Templates Gallery collaboration with Life2Work