Tari Bali dan Wayang Kulit Jadi Pembuka OzAsia Festival

Seni Tari dan Budaya, Tari Bali dan Wayang Kulit Jadi Pembuka OzAsia Festival


Ki Joko Susilo dalam salah satu pertunjukkan wayangnya
ADELAIDE, Seni pertunjukkan asal Indonesia tampaknya semakin menjadi bagian dari kehidupan budaya di negara bagian South Australia. Dalam malam pembukaan OzAsia Festival hari Jumat (14/9/2012), di Art Gallery of South Australia, seorang penari asal Bali Putu Suta akan tampil dilanjutkan dengan pertunjukkan wayang kulit oleh Ki Joko Susilo yang akan didampingi oleh Gamelan Sekar Laras dari Flinders University.

Semua kegiatan ini terangkum dalam acara yang disebut Asian Art after Dark (Seni Asia Malam Hari), yang ditampilkan oleh Art Gallery yang merupakan museum utama di kota Adelaide tersebut. Selain itu, pengunjung yang harus membayar 35 dollar Australia guna melihat pertunjukkan tersebut akan pula berkesempatan membeli makanan-makanan asal Indonesia yang secara khusus memang dihadirkan di malam tersebut.

Selain pertunjukkan, para pengunjung juga bisa menyaksikan berbagai koleksi Asia yang dimiliki museum tersebut, dengan utamanya barang-barang seni yang dulu digunakan mempromosikan Revolusi Kebudayaan di China (1960-an-1970-an).

Menurut laporan koresponden Kompas di Adelaide, L. Sastra Wijaya, OzAsia merupakan peristiwa tahunan yang secara khusus menampilkan seni-seni asal Asia, dengan berbagai petunjukkan, pemutaran film dan pameran di berbagai tempat di kota Adelaide. Festival ini berlangsung selama dua pekan dari 14 sampai 30 September.

Putu Suta adalah warga asal Singaraja Bali yang sekarang tinggal di sebuah kota kecil, Burra, sekitar 2 jam berkendaraan dari Adelaide. Putu pertama kali tampil di Australia ketika tampil di Festival Seni Adelaide di tahun 2002. Di tahun 2011, Putu juga tampil di Art Gallery of South Australia sebagai pembuka bagi Indofest, festival budaya Indonesia yang setiap tahun diselenggarakan di Adelaide di bulan April.

Sementara itu Ki Joko Susilo akan membawakan cerita Bima Bungkus, cerita yang pernah juga dimainkan di Flinders University beberapa saat lalu. Joko Susilo yang berasal dari Mojopuro (Jawa Tengah) ini sekarang tinggal di Dunedin, Selandia Baru. Menamatkan pendidikan sarjana di Akademi Seni Karawitan Solo, Joko Susilo kemudian melanjutkan pendidikan dan mendapatkan gelar doktor di bidang etnomusikologi dari Universitas Otago di Dunedin, dimana dia sekarang mengajar di Departemen Musik di universitas tersebut, sambil melakukan pertunjukkan wayang di berbagai negara.

Pertunjukkan Bima Bungkus yang akan berlangsung sekitar 1 jam tersebut akan diiringi oleh Gamelan Sekar Laras, perkumpulan gamelan yang dibentuk sejak tahun 1983, dan berlatih secara teratur di Pendopo yang dimiliki oleh Universitas Flinders.


Sumber :KOMPAS.com 
Editor : Rusdi Amral

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Seni Budaya Indonesia © 2011 | Template by Blogger Templates Gallery collaboration with Life2Work